19 Sep
Dituliskan oleh Drs. Bandono, MM. dalam kategori Lain-lain, Opini, Rubrik, Seputar SMAN 7
Sebuah fenomena di Plasa Seveners (SMAN7 YK) pada hari Rabu tanggal 5 September 2007 kehadiran seorang artis Tora Sudiro dengan gaya kocak dan familier yang diusung oleh Close Up sebuah pasta gigi dengan berbagai aktivitas pada waktu istirahat ke-1 (09.30) selama 15 menit dan istirahat ke-2 pukul 12.00 selama 30 menit artis kondang Tora Sudiro bertandang lagi bersama dengan Vj. Rianti dan Christian Sugiyono di kampus SMA N 7 tercinta untuk meramaikan acara ini yang didahului dengan foto bersama dari pucuk pimpinan kepala sekolah, guru dan karyawan anak-anak seveners.
Tidak hanya sampai disitu, acara yang lebih meriah dalam suasana kedamaian berlanjut pukul 14.00 (jam pulang sekolah) dengan menghadirkan penampilan akustik “SEVENTEENâ€. Semua itu Seveners tidak meminta untuk hadir tetapi kemauan dari produk pasta gigi yang membaca peluang pasar titik bidiknya adalah pelajar dengan tetap memperhatikan kaidah PBM di lembaga ini tetap berlangsung dengan sambutan luar biasa dari civitas akademika guru, siswa, karyawan borong habis produk yang ditawarkan dengan harga promosi dengan berbagai bonus yang diberikan warga seveners.
Apa yang dapat kita petik dari acara tersebut diatas?? Banyak hal yang dapat kita ungkap dari acara yang bertajuk Close Up, Speak Up ini telah menyedot perhatian seluruh siswa-siswi SMA N 7 Yogyakarta. Sebuah pembelajaran dalam karir seseorang dimana dengan memiliki kecerdasan Bodily-Kinesthetic diantaranya di miliki oleh artis sekondang Tora Sudiro, Vj. Rianti dan Christian Sugiyono bisa berkarir dan terkenal melalui kecerdasan itu walaupun masih ada kecerdasan yang dimiliki oleh artis tersebut. Kita teringat dengan konsepnya seorang yang bernama Howard Gardner penemu Delapan kecerdasan yang disebut dengan ‘Multiple Intelligences’ dan ini dimiliki oleh setiap orang, hanya yang mampu dikembangkan mungkin hanya satu atau dua saja siapa tahu seveners bisa mengembangkan semua wooo luar biasa. Yang tergolong Multiple Intelligences diantaranya;
Nah bocah seveners, dari kecerdasan diatas berapa yang anda miliki silahkan dikembangkan dengan tetap melihat karakter dan pribadi masing-masing siapa tahu dari seveners muncul insan akademik yang unggul dengan kecerdasan yang ada pada dirimu.
NB: Dipublikasi ulang dari blog Pak Bandono.
12 Responses
ticko
September 19th, 2007 at 13:50
1Pak persis banget tapi kurang gayanya….
rofii
September 19th, 2007 at 22:04
2waduhhh sodara kembar yaa….
Tukang PHP
October 8th, 2007 at 19:53
3Pak Band sesuk arep dadi bintang tamu extravagansa ;))
sijeruk
October 9th, 2007 at 18:43
4pak ban dadi bintang tamu ektrapagansa… wah wah wahhhh…. tak rekam nggo TIVO :o
wiear
October 10th, 2007 at 22:03
5pak band ternyata narciszt…………
ampun dech pak……………..
tapi mirip qo’ pak….
kalo kumisnya pak band dicukur abis…
hehehe
neeyauchiha
October 15th, 2007 at 7:52
6wahhhh… tampak cool…!!!!
tora kalah cool sm pak bandono….
kyakyakya…
budhe
November 15th, 2007 at 11:52
7Pak Ban, kapan tuanya? pokoke kudu gaul habis, tinggal nambah tato…sip!
DanIel
November 26th, 2007 at 8:46
8Wuih,,,gaYAnya pak Ban keren!!!! tUa boleh….tapi yang penting semangat MuDA…. miss U smuven ^_^
budi
November 30th, 2007 at 14:05
9Pak Ban, Bu Baniyah,Bu Sum n Rianti kok g diajak?
manon
December 17th, 2007 at 10:09
10wuih…
pak Band ca’em kayax bang Tora
ca’em bapak malah…
xixixixixi… :P
lcc-ptc
January 8th, 2008 at 11:08
11Kumpulkan Kapas
Dikisahkan, ada seorang pedagang yang kaya raya dan berpengaruh di kalangan masyarakat. Kegiatannya berdagang mengharuskan dia sering keluar kota. Suatu saat, karena pergaulan yang salah, dia mulai berjudi dan bertaruh.
Mula-mula kecil-kecilan, tetapi karena tidak dapat menahan nafsu untuk menang dan mengembalikan kekalahannya, si pedagang semakin gelap mata, dan akhirnya uang hasil jerih payahnya selama ini banyak terkuras di meja judi. Istri dan anak-anaknya terlantar dan mereka jatuh miskin.
Orang luar tidak ada yang tahu tentang kebiasaannya berjudi, maka untuk menutupi hal tersebut, dia mulai menyebar fitnah, bahwa kebangkrutannya karena orang kepercayaan, sahabatnya, mengkhianati dia dan menggelapkan banyak uangnya. Kabar itu semakin hari semakin menyebar, sehingga sahabat yang setia itu, jatuh sakit. Mereka sekeluarga sangat menderita, disorot dengan pandangan curiga oleh masyarakat di sekitarnya dan dikucilkan dari pergaulan.
Si pedagang tidak pernah mengira, dampak perbuatannya demikian buruk. Dia bergegas datang menengok sekaligus memohon maaf kepada si sahabat “Sobat, aku mengaku salah! Tidak seharusnya aku menimpakan perbuatan burukku dengan menyebar fitnah kepadamu. Sungguh, aku menyesal dan minta maaf. Apakah ada yang bisa aku kerjakan untuk menebus kesalahan yang telah kuperbuat?â€
Dengan kondisi yang semakin lemah, si sahabat berkata, “Ada dua permintaanku. Pertama, tolong ambillah bantal dan bawalah ke atap rumah. Sesampainya di sana, ambillah kapas dari dalam bantal dan sebarkan keluar sedikit demi sedikit.â€
Walaupun tidak mengerti apa arti permintaan yang aneh itu, demi menebus dosa, segera dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kapas habis disebar, dia kembali menemui laki-laki yang sekarat itu.
“Permintaanmu telah aku lakukan, apa permintaanmu yang kedua?â€
“Sekarang, kumpulkan kapas-kapas yang telah kau sebarkan tadi,†kata si sahabat dengan suara yang semakin lemah.
Si pedagang terdiam sejenak dan menjawab dengan sedih, “Maaf sobat, aku tidak sanggup mengabulkan permintaanmu ini. Kapas-kapas telah menyebar ke mana-mana, tidak mungkin bisa dikumpulkan lagi.â€
“Begitu juga dengan berita bohong yang telah kau sebarkan, berita itu takkan berakhir hanya dengan permintaan maaf dan penyesalanmu saja,†kata si sakit.
“Aku tahu. Engkau sungguh sahabat sejatiku. Walaupun aku telah berbuat salah yang begitu besar tetapi engkau tetap mau memberi pelajaran yang sangat berharga bagi diriku. Aku bersumpah, akan berusaha semampuku untuk memperbaiki kerusakan yang telah kuperbuat, sekali lagi maafkan aku dan terima kasih sobat.†Dengan suara terbata-bata dan berlinang air mata, dipeluklah sahabatnya.
Netter yang luar biasa.…
Seperti kata pepatah mengatakan, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Kebohongan tidak berakhir dengan penyesalan dan permintaan maaf. Seringkali sulit bagi kita untuk menerima kesalahan yang telah kita perbuat. Bila mungkin, orang lainlah yang menanggung akibat kesalahan kita.
Kalau memang itu yang akan terjadi, lalu untuk apa melakukan fitnah yang hanya membuat orang lain menderita. Tentu… jauh lebih nikmat bisa melakukan sesuatu yang membuat orang lain berbahagia.
http://www.lcc-ptc.com
Mhaz
August 12th, 2008 at 13:51
12Semu Pedagang bisa kaya kao emang ulet dan punya niat , ya bereslah gak pelu pake teori segala. di zaman ini yang penting keinginan dan kemauan aja. gak usah pake teori-teori. kebanyakan teori kali
RSS feed for comments on this post · TrackBack URI
Leave a reply
Kategori
Arsip Koran Seveners
Koneksi Lain
Link
Meta
Kalender
Foto dalam Flickr
Recent Entries
Recent Comments
Most Commented
Koran Seveners is proudly powered by WordPress - BloggingPro theme by: Design Disease